Sports

Monday, 11 January 2016

Unknown

Di Lasem, Kutemukan Kota Kecil Tiongkok

Masjid Jami' Lasem Rembang (Sumber: panoramio.com)
Ahad siang (10/1) saya kedatangan tamu istimewa dari semarang, ia adalah teman kuliah saya di salah satu perguruan tinggi islam negeri di kudus, yakni m. chaidir ali, ia asli jepara, namun ahad pagi itu di dari kota semarang karena sudah dua minggu berkarya di ibu kota provinsi jawa tengah tersebut.

Sekitar pukul 10.50 WIB, dia sampai di rumah saya, sayapun persilahkan masuk ke dalam rumah saya, sekitar 30 menit ngobrol tentang studi kita, akhirnya dia ngajak saya pergi ke kota pati untuk mengambil HSS di rumah ketua kelas kita, aji musthofa. Namun sebelum meluncur ke sana, terlebih dahulu idin (nama panggilan akrab saya untuk m. chaidir ali) mengajak saya ke sebuah konter yang ada di desa daren nalumsari jepara untuk membeli pulsa.

Sekitar pukul 11.35. WIb kita berangkat dari konter tersebut menuju kota pati, teatnya di desa batangan kecamatan juwana, kabupaten pati, di mana desa tersebut berbatasangan dengan kabupaten rembang, dan rumahnya aji (biasa saya memanggail musthofa aji) dekat dengan obyek wisata terkenal yang ada di kota pati, yakni juwana water fantasi (JWF) yang jaraknya sekitar 100 meter saja dari obyek wisata tersebut.

Karena idin belum punya Surat ijin mengemudi (SIM-C) maka motornya saya kendarai, dan ia duduk dibelakang, karena saya sudah mempunyai Surat ijin mengemudi (SIM-C). Disamping itu juga ia tidak tahu jalan untuk bisa sampai sana, akhirnya saya yang menunjukkan jalan untuk bisa sampai di rumahnya aji, karena beberapa hari yang lalu saya baru saja bersilaturrahim ke rumahnya aji bersama teman-teman kampus saya saat pengambilan HSS dari kampus senin (4/1). Makanya saya tahu jalan untuk bisa sampai ke rumahnya aji.

Ketika sampai di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) desa panjang, bae kudus. kami memutuskan untuk berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar premiaun untuk kendaraan kami, sekitar 5 menit kita mengantri, akhrinya kami bisa mengisi penuh bahan bakar untuk kendaraan kami.

Kemudian kita melanjutkan lagi perjalanan kami menuju ke kota pati, sekitar 1 jam lebih 20 menit, kita sampai di rumahnya aji, di desa batagan, juwana, kota pati. Sesampainya di sana kami dipersilahkan masuk oleh aji untuk istirahat, karena habis perjalanan jauh sekitar 40 kilometeran. Sekitar satu jam kita ngobrol, kita akhirnya memutuskan untuk melaksanakan ibadah sholat dzuhur terlebih dahulu, karena kami tadi belum sempat sholat  saat menuju ke rumahnya aji. Kamipun diajak sholat aji ke masjid di belakang rumahnya, di mana masjid tersebut merupakan masjid satu-satunya di kampung tersebut.

Usai sholat dzuhur, kami kembali ngobrol, hingga adzan ashar berkumandang, kemudian kita putuskan untuk sholat ashar berjamaah di masjid tersebut, usai sholat ashar, idin mengajak saya untuk bersilaturrahim ke rumah temannya yang ada di lasem rembang, yakni di sekitar masjid besar di lasem rembang, usai sholat ashar tersebut, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju lasem rembang.

Sekitar perjalanan 40 menit dari rumahnya aji, akhirnya kita sampai di rumah temannya idin, yang dimana ruamhnya tersebut satu  komplek dengan pondok pesantren ternama di lasem rembang, yang di asuh oleh abahnya teman idin tadi. Sesampainya di sana kita dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya. Ketika saya masuk ke dalam rumahnya, saya langsung sedikit kaget dengan arsitektur rumah yang mirip sekali dengan rumah-rumah orang tingkok, tidak hanya bentuk rumahnya, namun pintu masuk rumahnya pun masih terdapat tulisan china lengkap dengan bentuknya yang persis sekali seperti di tiongkok. Disamping itu, bentuk bangunan pondok pesnatren yang lama pun masih mirip dengan bentuk bangunan di tingkok.

Usai ngobrol sekitar 20 menit, teman idin tadi mengajak kita pergi ke pantai caruban, di mana pantai tersebut merupakan pantai yang menjadi primadona di lasem, sekitar 15 menit perjalanan dari rumahnya, kita sudah sampai di pantai caruban. Hanya dengan membayar uang Rp. 3000 permotor kita bisa menikmati keindahan pantai caruban sepuasnya. Namun ketika perjalanan ke pantai tersebut, mata saya kembali kagum dengan daerah lasem ini, di mana hampir seluruh daerah lasem yang saya lewati tadi saya menemukan sebuah bangunan-bangunan yang bentuknya mirip dengan di tiongkok, lengkap dengan tulisan khas bahasa china tadi.

Tidak hanya bangunan pesantrem dan rumah warga saja, kantor kepolisian lasem juga bentuknya persis seperti di tiongkok. Perjalanan 15 menit tersebut telah membukakan mata saya bahwa, daerah lasem ini dulunya merupakan daerah dengan penduduk dari tingkok, ini terbukti dengan banyaknya peninggalan bangunan-bangunan dengan arsitektur tiongkok dan juga banyak keturunan tiongkok yang masih hidup di daerah lasem ini. namun mayoritas warga di daerah lasem sudah beragama islam. Meskipun ada sebagain masih yang beragama non islam.

Unknown

Profil Unknown -

Social Activists I Writer I Speaker I Student I Educator I Gusdurian I Gooners.