Hari ini, saya mengawali hari dengan bangun pukul 05.00 WIB,
tidak seperti hari-hari biasanya saya sholat subuh agak sedikit telat, meskipun
menurut orang-orang itu masih petang, tapi menurut saya pukul segitu matahari
sudah menampakkan wajahnya yang mulai cerah. Seperti halnya kebanyakan orang,
usai menunaikan kewajiban sebagai orang muslim, saya mengambil handphone untuk
melihat ada pesan yang masuk apa tidak. Kemudian saya beranjak dari kamar saya
untuk berolah raga sekitar 30 menitan untuk menggerakkan tubuh saya.
Biasanya saya berolah raga di rumah, dan saya selalu
menyalakan televisi saya untuk menonton berita terbaru soal olah raga, terutama
sepak bola. Disamping saya menikmati siaran televisi tentang berita sport, saya
juga menikmati olah raga saya dengan begitu semangat. Karena saya selalu
melihat moment di televise soal olah raga untuk membuat semangat olah raga saya
lebih muncul.
Sekitar 30 menitan saya berolah raga, saya kembali
melanjutkan siaran televisi tentang olah raga, sembari menonton yang lain
ketika siaran televisi saya anggap sudah membosankan seperti halnya ketika
iklan. Nah, saat-saat itulah saya beralih haluan untuk menonton siaran televisi
sebelah yang saya anggap menyenangkan.
Sekitar pukul 06.00 WIB, kalau masakan ibu saya belum masak,
biasanya saya menunggu dengan membaca buku, berita online maupun apa saja, yang
penting waktu luang saya, saya habiskan untuk hal-halnya yang saya anggap perlu
untuk saya lakukan. Tak lupa saya terkadang juga membuka akun facebook saya
maupun twitter saya, meskipun jarang sekali saya buka, ya setidaknya hampir
satu hari sekali lah saya buka, meskipun Cuma 10 menit, atau beberapa menit
saja.
Meskipun tulisan ini agak sedikit kacau, namun saya berupaya
akan menulis hal-hal yang saya anggap perlu saya tulis, untuk sekedar memenuhi
blogspot saya, biar kelihatan ada tulisannya gitu sih… disamping itu juga untuk
membiasakan saya menulis, agar suatu saat (berandai-andai boleh donk) bisa jadi
penulis produktif dan terkenal. Meskipun saya memang belum punya kemampuan bisa
ke sana, tapi seenggaknya saya coba produk tif menulis lah, biarpun tulisannya
tidak bagus-bagus amat. Hehe
Oh ya, judulnya kan tentang belajar sabar dari orang non
muslim, kok belum ada dalam tulisan ini? sabar, ceritanya masih saya lanjutin
kok, santai saja. Begini hari ini kebetulan saya libut kuliah, jadi saya
habiskan waktu libur kuliah saya untuk kegiatan-kegiatan apa saja, terkadang
saya menerima tamu (meskipun itu teman saya sendiri), kadang juga saya pergi
jalan-jalan ke tempat yang asyik, kadang juga ikut kegiatan semacam keagamaan
gitu, ya semacam aktifis sosial kegamaan lah.. yang sukanya riwa-riwi, sok
sibuk gitu. Hehe
Berhubung liburan kuliah saya kali ini ada semacam job
(semacam pekerjaan) dari teman saya, saya ambil saja job itu, lumayan lah untuk
bayar SPP kuliah saya, dan juga uang jajan saya. Itung-itung buat ngisi dompet
yang lama sudah menjomblo (dompet saya maksudnya). Kalau orangnya si tidak usah
lagi ditanyakan tentang kejombloannya, hehe
Ya, kerjanya semacam kayak marketing gitu, nawarin iklan
disalah satu web. Dari situlah saya mengawali belajar saya tentang arti
kesabaran. Terus hubungannya tentang orang non muslim apa begok? Ya, sabar dulu
donk, ceritanya kan belum selesai. Jadi gini, pas gue nawarin iklan di beberapa
perusahaan di sekitar kudus, saya berjumpa dengan beberapa pemilik perusahaan
yang kebetulan ia beragama non islam, kemudian saya ngobrol cukup sedikit
tentang produk yang gue bawa, dan mereka ngeresponya sangat ramah. Kemudian
saya meninggalkan nomer telephone saya untuk nantinya dihubungi bila ada
perkembangannya.
Dan kebanyakan orang non muslim tersebut memang saya lihat
betul-betul sabar sekali dalam berwirausaha, bagaimana tidak, meskipun tidak
ada satupun pelanggan yang membeli, mereka tetap buka sesuai jam
operasionalnya, saya mengamati dari jauh, mungkin perharinya, tidak ada 10
orang yang beli di sana. Namun, mereka tetap konsisten beriwrausaha, saya kira
ini patut dicontoh untuk orang banyak. Meskipun berwirausaha memang
tantangannya berat, namun menjadi wirausahawan itu lebih bermakna, dari pada
menjadi pegawai orang lain. Meskipun memang hasilnya tidak seberapa, namun
kalau mau bersungguh-sungguh dan bersabar, saya kira nanti akan juga menemukan
hasil yang setimpal apa yang sudah dibuat. Dari itulah saya belajar bersabar
dengan orang non islam. Terima kasih sudah membaca cerita agak sedikit
ngelantur saya. hehe