Meneladani Dakwah Kiai Asnawi Kudus
KHR Asnawi Kudus |
Oleh: Yusrul Wafa
Kiai asnawi atau lebih kita kenal KHR Asnawi merupakan ulama karismatik dari pantura timur terutama di kota kudus, beliau merupakan keturunan ke empat belas kangjeng sunan kudus, dan keturunan ke lima mbah mutamakin Pati. Beliau lahir pada tahun 1861 M di daerah Damaran, kota Kudus. kiai asnawi merupakan putra dari pasangan H abdulllah husnin dan raden sarbinah. Saat masih kecil beliau diberi nama Raden Ahmad Syamsi.
Bagi sebagian orang mungkin nama raden ahmad syamsi masih terdengar asing ditelinga, bahkan jarang sekali santri kudus yang mengenal nama itu. Syamsi inilah yang kelak menjadi terkenal dengan nama KH Raden Asnawi. Semasa hidupnya kiai asnawi sempat bergonta-ganti nama. Pada saat lahir sampai umur 25 tahun beliau bernama Ahmad syamsi. Kemudian Sepulangnya dari haji pertama pada tahun 1886, namanya diganti dengan Raden Haji Ilyas. Karena pada waktu itu, Pergantian nama sepulang dari tanah suci merupakan sesuatu yang wajar.
Tidak hanya sampai di situ saja, setelah pulang haji ketiga, beliau berganti nama lagi dengan Raden Haji Asnawi. kemudian nama asnawi inilah yang pada akhirnya menjadi terkenal dan harum hingga kepenjuru nusantara saat beliau berdakwah terutama di kota kudus. dari sinilah kharismanya muncul dan masyarakat memanggilnya dengan sebutan kiai.
Dalam memperjuangkan islam, kiai asnawi memiliki pendirian teguh. Prinsip-prinsip hidupnya sangat keras dan watak perjuangannya terkenal galak. Sebab kala itu bangsa Indonesia sedang dirundung nestapa penjajah kaum kafir. Keyakinan inilah yang dipeganginya sangat kokoh sekali. Bahkan tidak segan-segan kiai asnawi memproduk hukum agama yang sangat tegas. Segala bentuk tasyabbuh atas colonial diharamkan, entah itu gaya berjalannnya, berdasi atau menghidupkan radio.(Abdurrahman Mas'ud, 2014)
Semasa hidupnya kiai asnawi menghabiskan waktunya untuk berdakwah dari pintu ke pintu maupun melalui majelis. Perjungan beliau dalam menyebarkan agama islam ahlus sunnah wal jama’ah dilalui penuh dengan tantangan dan rintangan. Pada tahun 1919 beliau mendirikan madrasah Qudsiyyah menara kudus untuk mengajarkan agama islam kepada para santri maupun masyarakat sekitar kudus. melalui madrasah inilah kiai asnawi mengajarkan para santri tentang ilmu-ilmu yang persis dengan dipesantren, seperti, ilmu nahwu, sharaf, tauhid, fiqih, dan lain sebagainya.
Tidak hanya mendirikan madrasah saja, kiai asnawi juga pada tahun 1927 mendirikan pondok pesantren raudlatut tholibin bendan kota kudus. yang mana pesantren tersebut hingga sekarang masih eksis untuk mengajarkan ilmu agama. Disamping itu beliau juga meninggalkan karya tulis berupa kitab yang menjadi rujukan masyarakat dalam tata cara beribadah, seperti: kitab fashalatan, mu’taqad skeet, dan syair nasionalisme relijius yang sekarang masih terus dikumandangkan masyarakat yaitu, sholawat asnawiyyah. kiai asnawi juga merupakan salah satu pendiri nahdlatul ulama dari kudus.
Hingga sekarang nama harum kiai asnawi masih menjadi teladan bagi kiai-kiai di kudus dan santri-santrinya. Hampir setiap hari makam beliau diziarahi oleh masyarakat kudus dan sekitarnya. Dan pondok pesantren dan madrasah peninggalan beliau juga masih eksis dan diteruskan oleh putra-putri dan santri-santri beliau.
Penulis Alumnus Qudsiyyah Menra Kudus dan Peneliti Paradigma Institute Kudus